State of the Art : Kajian Semiotika pada Makna Ukiran Ragam Hias pada Gapura Makam Sunan Drajat Sebagai Warisan Budaya Nusantara

--------------------

Gapura Kayu Sunan Drajat
 
---------------------
Latar Belakang

Kebudayaan secara definisi yaitu keseluruhan sistem gagasan, tindakan dalam hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009: 144). Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia yang juga disebut artefak adalah wujud kebudayaan yang sifatnya fisik berupa berbagai benda atau karya. Dapat disimpulkan bahwa sebuah kebudayaan berhubungan dengan proses berfikir, segala tingkah laku dan hasil daya cipta dalam masyarakat yang beragam.

Salah satunya adalah artefak Gapura kayu Sunan Drajat yang merupakan warisan budaya yang berupa benda seni terapan. Jika dilihat dari segi fungsi, gapura tersebut mempunyai nilai terapan (applied art) dan juga murni (fine art). Gustami dalam (Raharjo, 2011:6) menjelaskan bahwa benda seni terapan atau seni kriya adalah suatu karya seni yang unik dan berkarakter yang di dalamnya mengandung muatan nilai-nilai yang mendalam menyangkut nilai estetik, simbolik, filosofis, dan fungsional. Yang secara harfiah, di mana seni rupa ini punya banyak fungsi nilai yang cukup penting. Adapun untuk fungsi dari karya seni rupa ini sendiri akan dibedakan menjadi 2. diambil dari sebuah benda seni, membuat peneliti ingin mengungkap nilai simbolik dan filosofis yang terkandung pada gapura Sunan Drajat.

Kajian Pustaka

Secara lebih lanjut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat makna denotasi dan makna konotasi. Makna denotasi bersifat langsung, dan dapat disebut sebagai gambaran dari suatu petanda. Sedangkan makna konotasinya akan sedikit berbeda dan akan dihubungkan dengan kebudayaan yang tersirat didalam pembungkusnya, tentang makna yang terkandung di dalamnya (Berger, 2010:65).

Metode

Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan nilai nilai serta memberikan pemaknaan terhadap ukiran ragam hias pada gapura kayu Sunan Drajat. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan obserfasi pustaka, yaitu buku-buku dan jurnal yang relevan dengan objek penelitian tentang kebudayaan, ragam hias dan semiotika.Tahap selanjutnya adalah analisis data. Tahap analisis data dalam penelitian ini yaitu: Pertama, mereduksi data, berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polannya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2015:246)

Hasil Pembahasan

Makam Sunan Drajat adalah makam salah satu dari sembilan wali yang menjadi warisan budaya yang masih ada sampai sekarang di Daerah Lamongan Jawa Timur.Menurut jenisnya, ragam hias pada gapura kayu Sunan Drajat memiliki motif flora atau benda alam, motif benda teknologis dan motif geometris. Peneliti mengkaji ukiran yang ada pada gapura kayu Sunan Drajat menggunakan teori semiotik yang berupa makna denotasi dan konotasi. Serta membagi objek penelitian dalam 6 bagian.

State of the art dalam sebuah penelitian adalah perbandingan antara unsur kebaruan hasil peneliti sekarang dengan hasil penelitian sebelumnya. Kebaruan dapat berupa topik, penemuan, inovasi, model, objek, kasus, subjek, metode, dan hal lainnya. berikut adalah gambaran pembagian hasil reduksi pada ukiran ragam hias pada gapura makam.


Gambar 1. Ukiran Ragam Hias pada Gapura Kayu Sunan Drajat
Gambar 1. Ukiran Ragam Hias pada Gapura Kayu Sunan Drajat
 

Kesimpulan 

Hasil penelitian berupa sebuah makna yaitu sebuah proses kehidupan, yang dimulai dari alam dunia, dengan melakukan hubungan (horizontal) yang baik seperti sopan santun, andap asor, lemah lembut kepada sesama (manusia), melestarikan alam sekitar dan bekerja keras mencari karunia Allah. Serta melakukan ibadah di tempat suci (masjid) sebagai hubungan vertikal antara manusia dengan Allah (sang pencipta). Setelah manusia meninggal, yang ditinggalkannya hanya perbuatan yang baik (amal ibadah) sebagai jalan menuju ke tempat yang suci (alam akhirat) untuk mencapai ketentraman dan kebahagiaan.

Komentar

Postingan Populer